Borama, ibu kota wilayah Awdal di barat laut Somalia, kembali menjadi sorotan setelah munculnya video kerumunan besar warga yang menggelar aksi solidaritas pro-Palestina. Gambar-gambar tersebut memperlihatkan partisipasi luas masyarakat, mulai dari laki-laki, perempuan, hingga anak-anak, yang berkumpul di ruang terbuka sambil mengibarkan bendera Palestina. Aksi ini tidak hanya memuat pesan solidaritas internasional, tetapi juga mencerminkan dinamika politik lokal yang lebih dalam di kawasan Awdal.
Secara demografis, Borama merupakan salah satu kota penting di barat laut Somalia. Berbagai estimasi menyebut populasi Borama berada di kisaran 200 ribu hingga 300 ribu jiwa, menjadikannya pusat urban utama di Awdal sekaligus kota pendidikan dan perdagangan. Kehidupan sosial Borama relatif stabil dibandingkan banyak kota lain di Somalia, dengan aktivitas sipil dan keagamaan yang kuat.
Wilayah Awdal sendiri memiliki posisi historis dan politik yang unik. Secara geografis, Awdal terletak di perbatasan dengan Djibouti dan Ethiopia, menjadikannya wilayah strategis baik secara ekonomi maupun geopolitik. Sejak runtuhnya negara Somalia pada awal 1990-an, Awdal masuk dalam klaim wilayah Somaliland, entitas yang mendeklarasikan diri sebagai negara merdeka namun belum diakui secara internasional.
Dalam struktur politik Somaliland, Awdal dianggap sebagai salah satu “state” atau wilayah administratif. Namun, status ini tidak berarti Awdal memiliki kedaulatan politik sendiri. Tidak ada presiden, perdana menteri, ataupun parlemen terpisah khusus untuk Awdal. Kekuasaan politik tetap terpusat di Hargeisa sebagai ibu kota Somaliland.
Pemerintahan di Awdal dijalankan melalui mekanisme administratif regional. Seorang gubernur wilayah Awdal ditunjuk langsung oleh Presiden Somaliland, bukan dipilih secara langsung oleh rakyat Awdal. Gubernur ini bertanggung jawab menjalankan kebijakan pemerintah pusat Somaliland di wilayah tersebut.
Selain gubernur, terdapat dewan-dewan lokal atau distrik yang dipilih melalui pemilihan tingkat lokal. Dewan ini mengurus urusan sehari-hari seperti layanan publik, pendidikan dasar, dan administrasi kota, termasuk di Borama. Namun, kewenangan mereka terbatas dan tidak setara dengan parlemen negara bagian dalam sistem federal penuh.
Ketiadaan lembaga politik tingkat negara bagian yang otonom inilah yang sering memicu ketegangan politik di Awdal. Sebagian kalangan di wilayah ini merasa aspirasi mereka kurang terwakili dalam struktur politik Somaliland yang sangat terpusat. Borama kerap menjadi ruang artikulasi kritik terhadap Hargeisa, baik secara terbuka maupun simbolik.
Aksi massa di Borama yang menampilkan solidaritas terhadap Palestina dapat dibaca dalam dua lapis makna. Di satu sisi, ia mencerminkan empati kuat masyarakat Somalia terhadap isu Palestina yang dianggap sejalan dengan pengalaman penindasan dan konflik. Di sisi lain, aksi ini juga menjadi medium ekspresi politik lokal yang menegaskan identitas dan sikap Awdal.
Fakta bahwa Awdal dihuni mayoritas klan Samaroon turut memberi warna pada dinamika ini. Klan ini secara historis memiliki posisi politik yang berbeda dengan elite utama Somaliland yang berbasis di wilayah tengah dan timur. Perbedaan ini sering kali memengaruhi sikap politik masyarakat Awdal terhadap proyek separatisme Somaliland.
Borama sendiri dikenal sebagai kota yang relatif plural dan terbuka. Kehadiran institusi pendidikan tinggi, seperti universitas-universitas lokal, membuat kota ini menjadi pusat diskusi intelektual dan politik. Tidak mengherankan jika mobilisasi massa di Borama kerap berlangsung terorganisasi dan bernuansa politis.
Dalam konteks hubungan Somalia–Somaliland, Awdal sering dipandang sebagai wilayah “abu-abu”. Secara administratif diklaim Somaliland, namun secara emosional dan politik, sebagian masyarakatnya masih merasa terikat kuat dengan Somalia sebagai negara kesatuan. Hal ini berbeda dengan wilayah lain di Somaliland yang lebih solid mendukung pemisahan.
Tidak adanya presiden atau parlemen Awdal mempertegas bahwa wilayah ini tidak memiliki posisi tawar institusional yang mandiri. Semua keputusan strategis, termasuk kebijakan luar negeri dan keamanan, sepenuhnya berada di tangan pemerintah pusat Somaliland. Awdal hanya menjadi pelaksana kebijakan, bukan perumusnya.
Kondisi ini memunculkan wacana alternatif di kalangan elite lokal Awdal, termasuk gagasan tentang otonomi yang lebih luas atau bahkan peninjauan ulang hubungan dengan Hargeisa. Meski wacana ini belum terlembagakan secara resmi, ia terus hidup dalam diskursus politik lokal.
Aksi massa seperti yang terlihat dalam video sering kali menjadi indikator awal dari pergeseran sikap politik. Kerumunan besar di Borama menunjukkan bahwa masyarakat Awdal mampu memobilisasi diri dalam jumlah signifikan, sebuah faktor penting dalam politik kawasan Tanduk Afrika.
Dalam pandangan sebagian pengamat, respons masyarakat Awdal terhadap isu internasional seperti Palestina juga merupakan pesan ke luar. Pesan itu menyiratkan bahwa wilayah ini memiliki identitas politik sendiri yang tidak selalu sejalan dengan garis resmi pemerintah Somaliland.
Hingga kini, pimpinan formal Awdal tetap berada pada gubernur yang ditunjuk Hargeisa. Tidak ada figur presiden atau perdana menteri Awdal, dan tidak ada parlemen regional yang berdiri sendiri. Struktur ini menegaskan sifat unitaristik dari pemerintahan Somaliland.
Namun, realitas sosial di lapangan sering kali lebih kompleks daripada struktur formal. Loyalitas politik masyarakat Awdal terbagi, dan Borama menjadi ruang penting bagi artikulasi perbedaan tersebut. Aksi solidaritas pro-Palestina hanyalah salah satu manifestasinya.
Ke depan, posisi Awdal dan Borama kemungkinan akan terus menjadi faktor penentu dalam dinamika internal Somaliland. Selama aspirasi politik lokal belum sepenuhnya terakomodasi, wilayah ini akan tetap berada di persimpangan antara klaim administratif dan realitas politik masyarakatnya.
Dengan populasi ratusan ribu jiwa dan kesadaran politik yang tinggi, Borama bukan sekadar kota regional. Ia adalah barometer penting bagi stabilitas dan legitimasi politik Somaliland di mata rakyatnya sendiri.
Video kerumunan di Borama pada akhirnya tidak hanya berbicara tentang Palestina. Ia juga berbicara tentang Awdal, tentang siapa yang memimpin, siapa yang diwakili, dan sejauh mana suara lokal benar-benar didengar dalam struktur kekuasaan yang ada.


0 comments:
Post a Comment