Monday, 15 September 2025

Masjid Punjab India: Antara Sejarah dan Harapan


Sejarah panjang Punjab sebagai jantung peradaban India Utara menyisakan banyak peninggalan berharga. Di antara peninggalan itu, masjid menjadi saksi bisu perjalanan agama, politik, dan budaya masyarakatnya. Namun sejak pemisahan India dan Pakistan tahun 1947, kondisi masjid-masjid di Punjab India berubah drastis. Banyak di antaranya masih berdiri, tetapi tak sedikit pula yang terbengkalai atau beralih fungsi menjadi bangunan lain.

Di masa kolonial Inggris, Punjab Britania dikenal sebagai kawasan dengan komposisi agama yang beragam. Muslim menjadi mayoritas, disusul Hindu dan Sikh dalam jumlah besar. Masjid tersebar di desa-desa, kota kecil, hingga pusat pemerintahan. Suasana itu berubah drastis ketika India dan Pakistan dipisahkan. Muslim dalam jumlah besar memilih pindah ke Pakistan Barat, sementara Hindu dan Sikh berbondong-bondong ke India. Migrasi massal ini mengubah wajah demografi Punjab India selamanya.

Di Punjab India pasca-1947, jumlah Muslim turun drastis hingga tersisa hanya sekitar dua persen. Dengan komunitas yang semakin kecil, kebutuhan masjid pun menyusut. Banyak masjid lama tidak lagi memiliki jamaah tetap. Seiring waktu, sejumlah masjid dibiarkan kosong, terbengkalai, bahkan berubah fungsi.

Namun tidak semua masjid kehilangan perannya. Jama Masjid Ludhiana, misalnya, hingga kini masih aktif digunakan. Masjid ini bahkan menjadi salah satu yang terbesar di Punjab India. Dibangun pada abad ke-19 atas inisiatif Maharaja Ranjit Singh, masjid ini menunjukkan jejak toleransi di masa lalu.

Kisah serupa dapat ditemukan di Malerkotla, satu-satunya wilayah di Punjab India yang mayoritas Muslim. Malerkotla selamat dari kekerasan Partition dan tetap menjadi pusat Islam di Punjab. Jama Masjid Malerkotla masih berdiri megah, menjadi pusat ibadah sekaligus identitas komunitas Muslim di wilayah itu.

Patiala juga memiliki warisan penting dalam bentuk Shahi Jama Masjid. Masjid yang berdiri sejak abad ke-17 ini dipugar oleh penguasa Patiala dan tetap menjadi pusat ibadah hingga kini. Keberadaannya menandakan bahwa meski komunitas Muslim kecil, tradisi dan jejak sejarah Islam di Punjab India masih terjaga.

Namun kisah tidak seindah itu di daerah lain. Di Sirhind, Fatehgarh Sahib, masjid-masjid peninggalan Mughal kini banyak yang kosong. Kota yang dahulu dikenal sebagai pusat pendidikan Islam itu kini hanya menyisakan beberapa bangunan masjid yang rusak atau jarang dipakai.

Kondisi serupa juga terjadi di Kapurthala. Masjid yang dahulu dibangun para Nawab setempat kini kehilangan fungsinya. Sebagian hanya menjadi bangunan tua yang terabaikan, tanpa jamaah, tanpa pemeliharaan, hanya tinggal dinding yang mengingatkan pada masa lalu.

Yang lebih kompleks, di banyak desa sekitar Amritsar dan Gurdaspur, masjid bahkan diubah menjadi kuil Hindu atau gurdwara Sikh. Transformasi ini terjadi karena setelah 1947 desa-desa tersebut tidak lagi memiliki penduduk Muslim. Bangunan masjid yang kosong kemudian dimanfaatkan masyarakat mayoritas untuk fungsi keagamaan mereka.

Di Jalandhar dan Hoshiarpur, cerita lain muncul. Masjid-masjid kecil berubah fungsi menjadi gudang, balai desa, atau rumah pribadi. Perubahan ini terjadi karena tidak ada lembaga yang menjaga aset wakaf, sementara kebutuhan warga desa akan ruang publik atau bangunan baru terus meningkat.

Secara hukum, sebenarnya masjid-masjid ini berada di bawah pengelolaan Waqf Board. Namun lemahnya dokumentasi membuat banyak masjid tidak tercatat resmi. Akibatnya, sulit bagi komunitas Muslim kecil di Punjab India untuk menuntut pengembalian. Upaya hukum kerap terhambat oleh politik identitas dan sensitivitas antaragama.

Di India, isu pengembalian masjid memang sangat sensitif. Persoalan Gyanvapi Masjid di Varanasi dan Masjid Shahi Idgah di Mathura memperlihatkan bagaimana klaim sejarah bisa berubah menjadi sengketa berkepanjangan. Pemerintah India pun berhati-hati agar perdebatan soal masjid tidak memicu kerusuhan besar.

Namun bagi komunitas Muslim Punjab, masjid-masjid bersejarah tetap menyimpan nilai simbolis. Mereka bukan hanya tempat ibadah, tetapi juga tanda keberadaan dan warisan budaya Islam di kawasan yang pernah dikenal sebagai pusat kosmopolitan.

Sejumlah aktivis Muslim dan sejarawan kini mendorong agar masjid-masjid tua di Punjab India dipugar sebagai situs budaya. Mereka menekankan bahwa pelestarian tidak semata demi kepentingan agama, tetapi juga demi menjaga sejarah dan identitas multikultural Punjab.

Upaya serupa sudah dilakukan di beberapa tempat. Di Ludhiana, renovasi Jama Masjid mendapat dukungan pemerintah lokal. Di Malerkotla, masjid-masjid dijaga dengan ketat dan dirawat oleh komunitas setempat. Langkah-langkah ini menunjukkan bahwa pelestarian bisa dilakukan bila ada dukungan politik dan sosial.

Meski begitu, jalan menuju pengembalian masjid yang telah berubah fungsi tetap berliku. Banyak bangunan sudah lama dipakai sebagai kuil atau gurdwara, sehingga pengembalian dapat menimbulkan ketegangan. Pemerintah dan lembaga agama lebih memilih pendekatan kompromi ketimbang membuka luka lama.

Sejarah panjang Punjab memang rumit. Wilayah ini pernah menjadi rumah bagi Muslim, Hindu, dan Sikh dalam jumlah besar, sebelum terbelah akibat politik kolonial dan Partition. Masjid yang kini terbengkalai adalah cerminan nyata bagaimana politik dan migrasi massal bisa mengubah lanskap sosial-budaya sebuah wilayah.

Pertanyaan apakah masjid-masjid itu bisa dikembalikan pada dasarnya menyentuh soal keadilan sejarah. Namun praktik politik dan realitas demografi membuat jawaban lebih sering bersifat pragmatis. Selama Muslim tetap minoritas kecil di Punjab India, sulit membayangkan banyak masjid lama kembali ke fungsi semula.

Yang mungkin dilakukan adalah memperlakukan masjid-masjid itu sebagai warisan budaya bersama. Dengan cara itu, mereka tidak lagi sekadar dipandang sebagai simbol agama tertentu, melainkan bagian dari memori kolektif Punjab yang plural.

Di tengah dinamika politik India modern, harapan itu mungkin terdengar idealis. Tetapi tanpa usaha pelestarian, masjid-masjid bersejarah di Punjab India hanya akan menjadi reruntuhan, kehilangan makna, dan akhirnya hilang dari ingatan generasi mendatang.

Kesimpulan

๐Ÿ“Œ Kondisi masjid di Punjab India pasca-1947:

Setelah pemisahan India–Pakistan, mayoritas Muslim di Punjab India pindah ke Pakistan. Akibatnya, banyak masjid di desa-desa dan kota kecil kosong karena tidak ada jamaah.

Seiring waktu, sebagian masjid:

Terbengkalai dan rusak.

Diambil alih oleh warga sekitar (Hindu atau Sikh) lalu dijadikan kuil, gurdwara, atau bangunan umum.

Sebagian lagi masih berdiri, tapi jarang dipakai.

Saat ini, jumlah Muslim di Punjab India relatif kecil (sekitar 2%), sehingga kebutuhan masjid pun terbatas.

๐Ÿ“Œ Apakah bisa dikembalikan?

Secara hukum, di India ada lembaga bernama Waqf Board yang mengurus properti Muslim (masjid, tanah wakaf, dll). Kalau sebuah masjid tercatat resmi sebagai aset wakaf, secara teori bisa dituntut untuk dikembalikan.

Namun realitasnya sulit, karena:

Banyak masjid tidak tercatat resmi di arsip wakaf.

Sudah berubah fungsi puluhan tahun (jadi kuil, sekolah, gudang, dll).

Kalau dipaksa dikembalikan, sering memicu konflik komunal.

๐Ÿ“Œ Contoh kasus serupa:

Di Uttar Pradesh dan Delhi juga ada perdebatan soal masjid lama (misalnya Masjid Gyanvapi di Varanasi, Masjid Shahi Idgah di Mathura). Kasus ini bahkan masuk pengadilan tinggi dan Mahkamah Agung.

Pemerintah India umumnya sangat hati-hati, karena khawatir kerusuhan besar.

๐Ÿ“Œ Kesimpulan:

Secara teori, masjid-masjid di Punjab India bisa dikembalikan kalau masih tercatat di Waqf Board dan ada komunitas Muslim yang aktif memperjuangkannya. Tapi secara praktik, sangat sulit, karena faktor sejarah, politik, dan minimnya populasi Muslim di Punjab India.

๐Ÿ” Fakta-fakta terkait properti Waqf di India dan Punjab

1. Di seluruh India, tercatat ada sekitar 872.852 properti Waqf yang terdaftar di database Waqf Management System of India (WAMSI). 

2. Dari jumlah tersebut, masjid-masjid mencapai sekitar 119.200 properti, yakni sekitar 14% dari total aset Waqf. 

3. Di Punjab khususnya, tercatat ada sekitar 75.511 – 75.965 properti Waqf. 

4. Dari jumlah properti Waqf di Punjab, ada banyak yang dilaporkan “encroached” (dikuasai secara ilegal) atau statusnya dipersengketakan. 

Misalnya, laporan menyebut bahwa di Punjab ada 5.610 properti Waqf yang sedang terkena perkara “encroachment”. 

Juga disebut bahwa dari 75.511 properti Waqf di Punjab, 56,5% berada dalam status “encroached” atau dipersengketakan. 

⚠️ Kesimpulan dari data

Dari angka-angka tersebut kita bisa simpulkan bahwa sejumlah masjid / properti Waqf di Punjab ada yang tidak aktif, terbengkalai, atau telah berubah fungsi, setidaknya secara tidak resmi atau dipersengketakan, karena:

Tidak semua properti Waqf digunakan secara aktif untuk ibadah. Beberapa termasuk masjid, tapi bisa juga termasuk tanah, rumah, toko, kuburan, dsb. 

Properti “encroached” berarti digunakan oleh pihak lain atau statusnya dipertanyakan, yang bisa berarti tidak terawat, tidak digunakan sebagaimana mestinya, atau telah berubah fungsi. 

Karena dokumentasi yang kurang lengkap, banyak properti tidak memiliki catatan kepemilikan yang jelas atau tidak tercatat dengan baik dalam portal baru. 

Baca selanjutnya

Admin

PKBM & KataBijak

PKBM Kata Bijak adalah sekolah alternatif untuk menaungi mereka yang tidak mampu. Bagian dari Sultan Group, kami dapat dihubungi di: +6281284179400 atau email: redaksi.dekho@gmail.com

0 comments:

Post a Comment